Sekolah Ramah Anak Sebagai Pendidikan Berorientasi Pada Kebutuhan Anak
Sekolah Ramah Anak adalah
sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak
dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab.
Baru-baru ini banyak sekali bermunculan lembaga pendidikan baik untuk anak usia prasekolah maupun sekolah dasar. Semua menawarkan berbagai macam program ciri khasnya. Ada sekolah dengan kurikulum internasional, kurikulum nasional plus, bilingual, sekolah alam, sekolah asrama dan masih banyak lagi yang menawarkan sesuatu yang dianggap idaman bagi anak.
Baru-baru ini banyak sekali bermunculan lembaga pendidikan baik untuk anak usia prasekolah maupun sekolah dasar. Semua menawarkan berbagai macam program ciri khasnya. Ada sekolah dengan kurikulum internasional, kurikulum nasional plus, bilingual, sekolah alam, sekolah asrama dan masih banyak lagi yang menawarkan sesuatu yang dianggap idaman bagi anak.
Berbicara mengenai sekolah idaman, terkadang justru didominasi oleh
ambisi orang tua untuk berlomba-lomba memilih sekolah idaman untuk
putra-putrinya. Sebenarnya konsep sekolah idaman terletak pada kriteria
standar yang membuat sekolah itu layak diidamkan. Akan tetapi hal yang
lebih penting adalah kebutuhan anak yang mestinya jadi acuan. Dengan
kata lain, sekolah idaman orang tua belum tentu menjadi idaman bagi
anak-anak. Memang harus diakui ada standar minimal yang harus dipenuhi
untuk menentukan sebuah sekolah itu idaman atau tidak. Sarana prasarana,
kurikulum, guru yang professional sangat mendukung terciptanya sekolah
idaman. Namun sekali lagi, keunggulan tersebut tidak ada artinya
manakala tidak sesuai kebutuhan anak.
Seperti apa Sekolah Ramah Anak itu? Sekolah Ramah Anak adalah
sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak
dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab.
Prinsip utama adalah non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta
penghargaan terhadap anak. Sebagaimana dalam bunyi pasal 4 UU No.23/2002
tentang perlindungan anak, menyebutkan bahwa anak mempunyai hak untuk
dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Disebutkan di atas salah satunya adalah
berpartisipasi yang dijabarkan sebagai hak untuk berpendapat dan
didengarkan suaranya. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka
melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan
sosial,serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.
Anak adalah harapan orang tua. Mereka bekerja keras demi masa depan
anaknya. Mereka ingin segala sesuatu yang terbaik untuk anaknya,
termasuk dalam memilih pendidikan. Namun hal ini terkadang justru
menjadi beban yang berat bagi anak. Anak sering menjadi pelampiasan
obsesi mereka yang belum tercapai serta mengejawantahkan mimpi-mimpi
mereka. Sekolah Ramah Anak dapat terwujud bila ada kerja sama yang
sinergi antara keluarga, masyarakat dan pihak sekolah. Ruang lingkup
keluarga dan masyarakat yang ideal, harmonis dan sehat dapat mendukung
perkembangan anak.
Demikian juga sekolah, keadaan fisik maupun psikis sekolah juga
berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Sekolah yang ideal harus
memiliki infrastruktur dan sarana yang memadai, sebagai syarat standar
pelayanan minimal. Misalnya, sekolah yang baik terletak tidak terlalu
dekat dengan jalan raya, karena di samping bising, polusi udara juga
berbahaya bagi anak-anak yang sedang bermain. Kalaupun terpaksa dekat
dengan jalan raya usahakan untuk memiliki gerbang atau pagar serta
sistem keamanan lainnya.
Demikian juga penataan ruang bermain dan belajar. Ruang belajar anak
harus dibuat senyaman mungkin. Selama ini yang kita tahu belajar di
sekolah adalah duduk tenang di bangku, mendengarkan penjelasan guru,
lalu mengerjakan tugas. Sebenarnya ada hal yang jauh lebih menarik minat
belajar anak daripada duduk di bangku. Kita bisa membiarkan mereka
belajar atau mengerjakan segala sesuatu di lantai. Hal ini dapat
mengurangi kejenuhan dan mengendurkan otot-otot yang tegang. Mengingat
kemampuan konsentrasi anak terbatas kira-kira 1 menit X usianya, maka
anak tidak boleh kita paksa untuk terpancang pada satu tempat saja.
Banyak kasus kita jumpai pada proses pembelajaran anak usia dini, pada
saat guru sedang menerangkan atau beraktivitas dengan melibatkan papan
tulis, ada sebagian anak yang justru berlari ke belakang memilih
bermain. Kita tidak dapat dengan serta merta menariknya untuk kembali
memperhatikan atau mengkondisikan anak pada posisi semula. Biarkan anak
bebas memilih apa yang mereka suka, dalam bermainnya sekalipun, kita
masih bisa mengajaknya belajar, hanya saja proses belajar dikemas dalam
bentuk permainan atau games.
Hal lain yang tak kalah penting adalah ruang bermain baik indoor maupun outdoor.
Usahakan agar tetap memperhatikan keleluasaan anak-anak, mudah bergerak
atau berpindah, tidak berjubal, dan penempatan mainan tetap dapat
dijangkau. Untuk area bermain outdoor sebaiknya lebih
memperhatikan keselamatan anak. Sebaiknya halaman tempat bermain tidak
dibuat keras atau lebih baik ditanami untuk menghindari benturan yang
fatal.
Berikutnya adalah aspek psikis sekolah tersebut. Hal yang penting
untuk diperhatikan adalah kualitas, pengalaman guru dan kompetensi guru.
Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) membutuhkan guru-guru yang memang
mempunyai skill dan pengetahuan khusus bagaimana menangani anak. Namun
yang terjadi saat ini justru guru PAUD didominasi orang-orang yang latar
belakang pendidikannya bukan pendidikan PAUD. Akibatnya banyak terjadi
kesalahan-kesalahan yang menyesatkan anak. Banyak dijumpai anak usia
PAUD sudah diberi PR penambahan, pengurangan, baca tulis yang semestinya
belum waktunya mereka kuasai. Ironisnya orang tua justru bangga dengan
prestasi anaknya yang dapat menguasai tingkat kesulitan yang tidak
semestinya. Seolah-olah ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus
dimiliki untuk bertahan hidup, dan kecerdasan selalu dikagumi sebagai
gengsi. Anak-anak dipaksa menguasai pelajaran dan orang-orang tua
bersaing berburu anak cerdas. Kesalahan itupun diperkuat lagi dengan
kesalahan guru dalam mengajari anak-anak seperti menulis huruf asal
mereka bisa tanpa memperhatikan kaidah penulisan yang benar. Termasuk
hal yang rawan adalah mengajari bahasa asing seperti bahasa Inggris yang
memang menjadi pilihan. Guru tidak memiliki basic pendidikan
bahasa Inggris atau hanya sekedar bisa berbahasa Inggris namun tidak
sempurna, hanya akan mempersulit anak berbahasa Inggris dengan baik dan
benar di kemudian hari.
2. Ciri Sekolah Ramah Anak
Ditinjau dari berbagai aspek, Sekolah Ramah Anak bercirikan hal-hal sebagai berikut:
- Sikap guru terhadap anak
Secara kasat mata profil guru dapat dilihat dari cara mereka
berhadapan dengan anak. Guru sebagai sahabat anak harus dapat
menunjukkan perilaku adil terhadap semua anak tanpa memandang status
sosial maupun keadaan fisik anak, baik anak normal maupun berkebutuhan
khusus serta menghormati hak-hak anak. Kasih sayang terhadap semua anak,
menerapkan norma-norma agama dan budaya yang berlaku.
- Metode Pembelajaran
Indikator seorang anak cocok terhadap pilihan sekolah adalah sejauh
mana anak merasa aman dan nyaman berada di sekolah itu. Proses belajar
mengajar yang dikemas sedemikian rupa sehingga anak merasa enjoy
dalam mengikuti pelajaran, tanpa rasa cemas, takut akan menjadikan anak
lebih kreatif. Sekolah Ramah Anak lebih menekankan segala kegiatan
berpusat pada anak. Guru berperan sebagai sahabat bagi anak yang
membantu segala hambatan dan kesulitan yang dihadapi anak. Disamping itu
guru juga berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi anak, bukan
semata–mata orang yang memegang otoritas penuh dalam kelas. Tugas guru
adalah menerapkan metode belajar inovatif dan variatif dengan didukung
media pembelajaran yang membantu daya serap anak, memotivasi anak
belajar berpartisipasi dan kooperatif guna mengembangkan kompetensi
belajar learning by doing.
- Ruang lingkup kelas
Telah banyak diuraikan di atas bahwasanya ruang kelas harus
benar-benar mendukung gerak anak. Penggunaan bangku dan kursi harus
sesuai ukuran dan kenyamanan anak. Begitu juga pemilihan warna cat
sebisa mungkin sesuai warna anak, cerah dan menyenangkan sehingga dapat
merasa senang berada di kelas, tidak lekas bosan. Anak-anak pun perlu
dilibatkan dalam setiap hal yang berkaitan dengan penataan ruang,
misalnya memasang hasil karya, majalah dinding dll. Hal yang tidak kalah
penting adalah sanitasi higienis. Tersedianya sarana MCK juga sangat
penting untuk melatih anak hidup bersih dan sehat.
Hal yang paling mendasar yang patut kita ketahui sebelum
mengembangkan konsep Sekolah Ramah Anak adalah mengetahui tugas pokok
dan fungsi masing-masing. Anak, kita pahami sebagai bentuk unik dan
bukan miniature orang dewasa. Dunia mereka adalah dunia bermain, dan
melalui bermain itulah sesungguhnya otak mereka bekerja dan belajar.
Sekolah adalah ruang bermain bagi mereka. Namun lebih dari itu, sekolah
tidak hanya sekedar tempat bermain, namun harus bisa mewadahi,
memfasilitasi sekaligus sebagai media menyalurkan bakat dan minat anak.
Selama ini kita selalu diperbudak doktrin sekolah menuntut nilai positif
anak sebagai hasil pembelajaran dan ambisi orang tua untuk berburu anak
cerdas. Sebaliknya, dalam mengembangkan konsep Sekolah Ramah Anak,
anaklah yang diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengeluarkan
pendapatnya, menilai pelayanan sekolahnya, termasuk juga menyampaikan
penilaian dan pendapatnya mengenai orang tua dan gurunya. Untuk
membangun kerjasama yang sinergi, guna mengetahui sejauh mana
perkembangan anak, perlu didukung adanya program parenting. Program
ini bertujuan agar anak dapat mengkomunikasikan gagasan serta
pendapatnya dalam belajar, kesulitan- kesulitan sekaligus masalah psikis
yang dialami saat bersama orang tua di rumah maupun gurunya. Nilai
positifnya orang tua dan gurupun dapat mengerti dan memahami kebutuhan
serta potensi anak sekaligus mengevaluasi pelayanan mereka terhadap
anak.
Agar dapat mewujudkan Sekolah Ramah Anak perlu didukung oleh berbagai
pihak antara lain keluarga dan masyarakat yang sebenarnya merupakan
pusat pendidikan terdekat anak. Lingkungan yang mendukung, melindungi
memberi rasa aman dan nyaman bagi anak akan sangat membantu proses
mencari jati diri. Karena biasanya anak memiliki kecenderungan meniru,
mencoba dan mencari pengakuan akan eksistensinya pada lingkungan tempat
mereka tinggal. Berikut adalah peran aktif berbagai unsur pendukung
terciptanya Sekolah Ramah Anak.
1). Keluarga
- sebagai pusat pendidikan utama dan pertama bagi anak.
- sebagai fungsi proteksi ekonomi, sekaligus memberi ruang berekpresi dan berkreasi.
2). Masyarakat
- Sebagai komunitas dan tempat pendidikan setelah keluarga
- Menjalin kerjasama dengan sekolah.
- Sebagai penerima output sekolah.
3). Sekolah
- Melayani kebutuhan anak didik khususnya yang termargin dalam pendidikan
- Peduli keadaan anak sebelum dan sesudah belajar
- Peduli kesehatan, gizi, dan membantu belajar hidup sehat.
- Menghargai hak-hak anak dan kesetaraan gender.
- Sebagai motivator, fasilitator sekaligus sahabat bagi anak.
Belajar merupakan proses panjang tanpa batas dan tidak pernah
selesai. Untuk itu tidak ada hentinya orang selalu mencari metode
belajar yang dianggap sesuai dengan kebutuhan. Termasuk salah satunya
mengemas dalam bentuk Sekolah Ramah Anak. Sekolah yag dikondisikan
sesuai kebutuhan anak bukan mengkondisikan anak sesuai target dan
kepentingan sekolah. Apapun itu, tetap memiliki nilai positif dan
negative. Sekolah Ramah Anak mungkin tepat dikembangkan untuk anak pada
rentang usia balita atau prasekolah, karena metode belajar yang dipilih
adalah ‘belajar dalam bermain’ dan memberikan kebebasan berkreasi dan
berekpresi seluas-luasnya. Namun mungkin akan menemukan kendala bila
diterapkan pada tingkat sekolah dasar dan seterusnya. Dalam tingkat ini
pasti terjadi pengejawantahan “kebebasan” yang berbeda dari sebelumnya.
Siswa cenderung nakal dan tidak mematuhi aturan karena “kebebasan” yang
diberikan kepada siswa. Terjadinya degradasi moral dan disiplin sehingga
berdampak buruk lagi pada tingkat prestasi siswa. Untuk itu perlu
adanya sosialisasi yang matang pada semua pemegang peran yang terlibat
dalam pendidikan mengenai Sekolah Ramah Anak.
Posting Komentar